Rabu, 05 Februari 2014

“Struktur Komunitas Ikan Terumbu di Artificial Reef Pulau Karya dan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara”






KATA PENGANTAR


Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebab karena izin-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Struktur Komunitas Ikan Terumbu di Artificial Reef Pulau Karya dan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara
Tak luput pula rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir.Ario Damar, M.Si dan Dr. Ir. M.Mukhlis Kamal, M.Sc yang telah bersedia untuk memberikan berbagai arahan serta masukan yang Insya Allah akan sangat bermanfaat bagi penulis, baik untuk saat ini maupun di masa yang akan datang. Penulis menyadari bahwasanya proposal ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis dengan senang hati untuk menerima kritik dan saran yang membangun, semoga penelitian ini memberikan manfaat untuk berbagai pihak.






Bogor,    September 2012



Penulis




PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terumbu karang merupakan ekosistem perairan laut dangkal yang paling ekstensif dan memiliki produktifitas yang tinggi di perairan laut tropis. Ekosistem terumbu karang memiliki kaitan yang sangat erat bagi kelangsungan hidup biota yang ada didalamnya seperti ikan, teripang, lobster,kima,dan termasuk karangnya sendiri. Ekosistem ini memiliki fungsi ekologis yang letaknya sangat strategis selain sebagai habitat ribuan biota, dapat pula tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), pembesaran (rearing ground) dan mencari makan (feeding groung). Disamping itu, ekosistem terumbu karang adalah bagian dari ekosistem laut yang selain menyuplai kehidupan ke laut, juga sebagai bagian penting dari laut untuk keseimbangan ekosistem. Terumbu karang merupakan komponen pelindung pantai dari arus, terpaan ombak dan gelombang (Kordi 2010).
Ikan terumbu pada umumnya  organisme yang jumlahnya terbanyak menghuni ekosistem terumbu karang.  Ikan terumbu merupakan ikan – ikan yang hidup pada daerah terumbu karang sejak masa juvenil hingga dewasa dan Ikan terumbu adalah setiap individu ikan yang hidup di dalam sistem terumbu karang (Choat dan Bellwood 1991). Ikan terumbu menyukai habitat tertentu yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Pada umumnya  Ikan terumbu lebih banyak teramati pada ekosistem terumbu karang dalam kondisi masih baik, dan kondisi ikan terumbu akan mengalami penurunan jika terumbu karangnya tidak sehat (Rachmawati 2001). Ikan terumbu membutuhkan habitat hidup untuk bersarang dan mencari makan, umumnya ikan terumbu memiliki mobilitasi yang rendah dan membutuhkan dengan adanya terumbu karang untuk keberlanjutan fungsinya diarea tertentu yang dipertahankan (Hartati dan edrus 2005).
Ikan terumbu dengan kondisi struktur komunitas terumbu karang yang sekarang semakin mengalami perubahan yang diakibatkan oleh banyak faktor, kondisi ini sama halnya di Kepulauan Seribu. Beberapa Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan termbu karang diantaranya berupa penangkapan perikanan berlebih yang tidak ramah lingkungan, tumpahan minyak, serta penambangan karang sedangkan faktor alami yaitu dari naiknya suku permukaan air laut, polusi, dan gempa bumi (Estradivari et al 2009). Di Kepulauan seribu masyarakatnya memiliki kecenderungan bergantung pada ekosistem terumbu karang dengan keindahan dan keberagaman ikan terumbu. Sumberdaya alam pada ekosistem terumbu karang tersebut sekarang mengalami degradasi, yaitu hasil tangkapan nelayan berkurang, serta adanya praktek penambangan liar karang di beberapa tempat (Estradivari et al 209). Salah satu untuk memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karang dengan Artificial Reef yang memungkinkan  mengembalikan kondisi habitat baru, dapat memberikan rumah baru bagi ikan dan biota laut lainnya. keberadaan Artificial Reef melindungi organism kecil (juvenile), sebagai nursery ground, dan meningkatkan produktivitas alam dengan menyediakan habitat baru untuk organism menempel yang berkontribusi pada rantai makanan (Chou 1997). Ekosistem terumbu karang semakin baik memungkinkan struktur komunitas ikan terumbu semakin stabil.
Ekosistem terumbu karang pada Artificial Reef tersebut  dikaji mengenai Struktur komunitas ikan terumbu di area tersebut sehingga akan terdapat komposisi ikan terumbu pada wilayah Artificial Reef, yang dapat dijadikan pertimbangan untuk perbaikan ekosistem terumbu karang .



Perumusan Masalah

Ekosistem terumbu karang sudah diketahui oleh umum bahwa memiliki fungsi dan potensi ekologi yang berdampak pada manusia ataupun bagi kelangsungan hidup biota yang ada di dalamnya. Di kepulauan Seribu telah terjadi degradasi ekosistem terumbu karang, beberapa faktor yang menyebabkan yaitu dari alamia dan manusia.
Degradasi terumbu karang di kepulauan Seribu perlu adanya kegiatan konservasi yaitu salah satunya dengan pembuatan Artificial Reef. Penenggelaman Artificial Reef terletak di Pulau Karya dan Pulau Harapan bermaksud untuk memulihkan ekosistem, dengan melihat struktur komunitas Ikan terumbu.



Rehabilitasi Terumbu Karang
Struktur Komunitas Ikan karang
-Kelimpahan
-indeks keanekaragaman
-indeks keseragaman
-indeks dominansi
Rusaknya Ekosistem Terumbu karang

Artificial Reef
Pulihnya ekosistem
Ekosistem Terumbu Karang
Manusia
Alami
P.Karya
P. Harapan
 











































 


Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji struktur komunitas ikan terumbu pada artivisial di perairan pulau karya dan harapan, kepulauan seribu dengan: menganalisis kelimpahan family dan spesies ikan terumbu, menganalisis berdasarkan trophic level ikan terumbu, melihat indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi ikan terumbu.


Manfaat Penelitian



 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pertimbangan untuk merecovery ekosistem terumbu karang dalam Artificial Reef dengan melihat data struktur komunitas ikan terumbu yang ada di perairan pulau Karya dan pulau Harapan.


 

 

 

 



METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada 5-10 April 2013 di Pulau Karya dan Pulau Harapan Kepulauan seribu, lokasi ini merupakan wilayah rehabilitasi karang yang terdapat rak-rak Artificial reef. Kedua lokasi ini dijadikan tempat rehabilitasi terumbu karang.

Peralatan Penelitian
   Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu peralatan selam SCUBA (Self Containing Underwater Breathing Apparatus), kamera Underwater untuk mendokumentasikan hasil pengamatan bawah air, rol meter untuk menghitung skala wilayah pengamatan, alat tulis  (pensil dan Sabak), serta buku identifikasi ikan dan laptop untuk pengolahan data.
Metode Pengambilan Data
Pengambilan data ikan terumbu dengan menggunakan metode stationery visual sensus (Hill dan Wilkinson 2004). Pengambilan data dilakukan dengan cara mencatat ikan terumbu yang ditemui di sekitar wilayah transplantasi. Pengamatan menggunakan peralatan selam, berenang dengan posisi tetap dan konsisten terhadap penilaian spesies ikan terumbu yang ditemui agar tidak terjadi bias yang terlalu besar. Cara melakukan pengamatan ikan terumbu tersaji pada Gambar
Pengambilan data pada Pulau Kelapa yaitu dengan cara mencatat spesies ikan terumbu dengan jarak pandang 5 meter ke kanan dan ke kiri dengan masing-masing 2,5 meter dari transek, kemudian ke arah depan sejauh-jauhnya serta mencatat ikan yang berada di bawah Artificial Reef. Pada pulau karya panjang Artificial Reef yaitu 383,4 meter kuadrat. Sedangkan di Pulau Harapan panjangnya 361,7 meter kuadrat.


Prosedur Analisis Data

Kelimpahan Ikan Terumbu
Kelimpahan ikan karang merupakan, jumlah ikan terumbu yang ditemukan pada suatu stasiun pengamatan persatuan luas transek pengamatan. Kelimpahan ikan terumbu dapat dihitung dengan rumus (Odum 1971):
 

Keterangan :
D = Kelimpahan individu ikan (Ind/m2)
ni  = Jumlah individu ikan (Ind)
A = Luas daerah pengamatan (m2)

Indeks Keanekaragaman (H’)
      Indeks Keanekaragaman digunakan untuk mendapatkan gambaran populasi organisme secara matematis agar mempermudah analisis informasi jumlah individu masing-masing spesies dalam suatu komunitas (Odum, 1971). Keanekaragaman jenis ikan karang dihitung dengan Indeks Shannon-Wiener dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
H’          = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
pi= Perbandingan antara jumlah individu ikan spesies ke-I (ni) dengan jumlah total individu ikan karang (N)
I = 1, 2,…n





Kategori penilaian untuk keanekaragaman jenis adalah sebagai berikut :
a)      H’≤ 1               :Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah, kestabilan
komunitas rendah,
b)      1 < H’ < 3       : Keanekaragaman sedang, penyebaran sedang, kestabilan
komunitas sedang,
c)      H’ ≥3               : Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi, kestabialan
                komunitas tinggi.

Indeks Keseragaman (E)
Indeks Keseragaman (E) menggambarkan ukuran jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin merata penyebaran individu antar spesies maka keseimbangan ekosistem ekosistem akan makin meningkat. Indeks Keseragama menggunakan :
Keterangan :
E                        = Indeks Keseragaman
H’          = Keseimbangan Spesies
H’max    = Indeks Keanekaragaman maksimum = Ln S
S            = Jumlah total macam spesies
Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut :
a)                     0 < E ≤ 0,4      : Keseragaman kecil, komunitas tertekan
b)                     0,4 < E ≤ 0,6   : Keseragaman sedang, komunitas labil
c)                     0,6 < E ≤ 1,0   : Keseragaman tinggi, komunitas stabil

Indeks Dominansi (C)
Nilai indeks keseragaman dan keanekaragaman yang kecil biasanya menandakan adanya dominansi suatu spesies terhadap spesies-spesies lainnya. Rumus indeks domonansi (C) adalah (Odum, 1971) :

Keterangan :
C            = Indeks Dominansi
pi            = Proporsi jumlah individu pada spesies ikan karang
i              = 1, 2, 3,..n
Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut :
a)      0 < C < 0,5                  = Dominansi rendah
b)      0,5 < C ≤ 0,75             = Dominansi sedang
c)      0,75 < C ≤ 1,0             = Dominansi tinggi

Uji Hutchinson
Uji Hutchinson yang dilengkapi dengan uji t  dengan peluang 95 % (α = 0,05) untuk membedakan nilai indeks keanekaragaman pada masing-masing lokasi  pengamatan, rumus-rumus yang digunakan Magurran (1987) adalah:
                      ∑pi(ln.pi)2 – (∑pi.ln.pi)2         S-1
Var H’=                                               -
                               N                                    2N2
Keterangan:
Var = Varians yaitu perbedaan keanekaragaman pada masing-masing lokasi  pengamatan
S = Jumlah jenis pada masing-masing lokasi  pengamatan       
 Hipotesis: t hit < t tabel, tolak Ho (terdapat perbedaan yang bermakna)
 t hit > t tabel, terima Ho (tidak terdapat perbedaan yang bermakna)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar